Thursday, June 30, 2011

Arthemis













City - Verona, IT
Genre - Heavy Trash Metal / Rock / Metal

1.Survivor (Destiny s Child Cover)
http://www.mediafire.com/?jc1613klc677mk7#1

http://www.myspace.com/arthemisweb

I Am Abomination














City - Hockeytown, US
Genre - Electronica / Metal / Progressive

1.heir to the throne
http://www.mediafire.com/?vjudr1w2l4fltbv

http://www.myspace.com/iamabomination

A Black Rose Burial
















City - THE SF BAY AREA, California, US
Genre - Death Metal / Experimental / Grindcore

1.A Baleful Aura in the Graveyard of Broken Gears
http://www.mediafire.com/?7vjfojdmbwwnkfb

http://www.myspace.com/ablackroseburial

Job For A Cowboy
















City - Glendale, Arizona, United States
Genre - Death metal, Deathcore

1.The Matter of Splatter ruination (2011)
http://www.mediafire.com/?7qc999u7obd2d9l

http://www.myspace.com/jobforacowboy

Jasad























City - Bandung
Genre - Deathmetal

1.Getih jang getih
http://www.mediafire.com/?d7942xd1pzalfce

http://www.myspace.com/jasad

Jeruji Hitam
















City - Pontianak
Genre - Deathmetal / Deathcore

1.jeritan Neraka
http://www.mediafire.com/?aamzg323qa7qdlq

http://www.reverbnation.com/jerujihitam

www.myspace.com/jerujihitam

Sunday, June 19, 2011

The Black Dahlia Murder















City - Waterford, Michigan ,USA
Genre - Melodic Death Metal

1.Moonlight Equilibrium (Ritual 2011)
http://www.mediafire.com/?otks6u9p4pz1uo3

2.Conspiring With The Damned (Ritual 2011)
http://www.mediafire.com/?hx6pwf1imfyr5ci

www.myspace.com/blackdahliamurder

Straightout















City - Jakarta
Genre - Metal / Death Metal / Hardcore

1.nightbirth of pregnant skies
http://www.mediafire.com/?2puqk32yldd55w8

http://www.myspace.com/straightout

Jakarta - Mei 1998. Dari sela-sela kerusuhan nasional, terbentuklah Straightout yang diprakarsai oleh Mui (vocals) dan Pipinx (guitars). Pada awal musikalitasnya, Straightout di pengaruhi oleh band-band Hardcore seperti Earth Crisis dan strife. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perjalanan panggung dan pergantian line-up yang tidak sedikit, mereka tidak lagi memainkan Hardcore. Pengaruh musikal mereka bergeser ke arah Band Metal macam Hamartia, Dead Blue Sky, Arch Enemy, The Black Dahlia Murder, Iron Maiden, hingga Cradle of Filth.

Straightout memiliki suatu ciri sendiri dalam bermusik, bernuansa kelam, sorrow, dan juga megah. Dipadati dengan tempo yang cepat, fill-in dan melodi-melodi yang kritis. Dari dentingan piano dan alunan gundah suara wanita. Hingga sayatan-sayatan gitar yang tebal mendalam. Diiringi oleh derasnya hentakan drum dan disuarai oleh teriakan pilu yang menggeram. Ketika perform, Straightout pun memiliki aksi panggung yang cukup sulit untuk dideskripsikan melalui tulisan semata. Mereka sangguh enerjik dan atraktif. Dari mengayun, memutar, ber-crowd surfing dengan gitar atau pun bass mereka, hingga melemparkannya instrument mereka ke kelantai.

Mengenai sejarah personil, Straightout juga memiliki latar belakang yang cukup unik. Di drumi oleh Beni, yang merupakan seorang penabuh drum dari The Upstairs, yang merupakan band pionir Nuwave asal Jakarta. Serta Rebecca pada female voice, adalah seorang wanita berparas cantik dengan suara khas dan indah, yang sebelumnya juga sempat menjadi personil dari The Upstairs, dan juga grup dansa elektronik, Goodnight Electric.

Pada 25 April 2004 Straightout merilis debut full album bertitel Undying Beauty and the Symphony of Sadness. dalam bentuk CD dan Kaset di bawah naungan record indie label yaitu Bluesky Records dan bekerja sama dengan Diselexia Records(Malaysia) serta distribusikan secara online melalui www.interpunk.com. Album ini menuai respon positif dari fans dan pujian dari media underground lokal. Dan Terjual Sekitar 2000 copy, sehingga mengantarkan Straightout ke berbagai pentas indie hingga ajang pensi SMA bergengsi di Jakarta. Bahkan merambah ke luar kota seperti Bandung, Purwokerto, Semarang dan Surabaya. Dilanjutkan pada Februari 2005, mereka merilis split album dengan titel Endzweck Straightout. Split album ini dilakukan bersama Endzweck yang merupakan salah satu dari japanese hardcore hero's. Dimana saat ini band tersebut telah bergabung dengan salah satu lebel trendsetter metal hardcore dunia Goodlife Recordings, yang juga sempat menangani Avenged Sevenfold dan Poison The Well. Disusul dengan rangkaian Keep Music Evil Tour 2005 pada 12 – 15 februari 2005 dimana Straightout bersama dengan Cassandra (Malaysian Metal Core) menjadi Headliner dalam tour di tiga kota yaitu Jakarta, Bandung,Semarang dan selalu sukses memerahkan suasana dan memompa adrenalin massa di setiap kota-kota yang mereka datangi.

Pertengahan 2005, pergantian line up kembali terjadi. Kali ini tidak tanggung-tanggung, Rendy (gitar), Dony (keyboard) dan Bayu (vokal) keluar dari straightout. Namun kekosongan ini tidak membuat Straightout kehilangan semangat mereka, hingga Pada pertengahan 2006 terbentuklah line-up tersolid Straightout yaitu: Demise (eks-Sadistis) – vokal, Pipinx - guitars, Danny (eks-Perfect Minor) – guitars, Sonny - bass, Beni (drummer The Upstairs) - drums, Mela (additional player The Sastro) – keyboards dan Rebecca (eks-Goodnight Electric) - female voice.

Straightout kembali memasuki studio rekaman pada Desember 2006, Proses rekaman itu sendiri sebenarnya hanya memakan waktu satu bulan, namun sayangnya dalam penyelesaian tahap akhir, album ini sempat tertunda. Salah satunya karena banjir bandang yang menimpa ibukota. Setelah melewati berbagai macam proses dan kendala, akhirnya album kedua Straightout yang berjudul “Forsaken Upon Nemesis” pun dapat di rilis pada awal september 2007 ini. Berisikan dua belas lagu terbaru dengan komposisi musik yang lebih liar dari yang sebelumnya. (the ay)

http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=56533&page=1

Project Sakit Hati















City - Medan
Genre - Rock / Post-metal / Hardcore

1.Alibi Menutupi Aib
http://www.reverbnation.com/projectsakithati

Frontline Medhant Bertriaakk















City - Medan
Genre - Alternative / Emo / Rock

1.Hanya Sekali
http://www.reverbnation.com/frontlinemedhantbertriaakk

"your rock" for Ucup

A Beast Of Pray















City - Medan
Genre - Mathcore, progressive metal, experimental hardcore

1.In This Phobia
http://www.4shared.com/audio/GtkvDnto/A_Beast_Of_Pray_-__In_This_Pho.html

Disaster For Athena















City - Jakarta
Genre - Metal / Hardcore / Post Hardcore

Press Contact : Edwin Ginting 085697226670 / 083874861000

1.I.W.K.K ( I Wanna Kwik Kwik )
http://www.reverbnation.com/dfaofficial

Saturday, June 11, 2011

Balcony















OKTOBER 1994: Inilah jawaban atas pertanyaan: kapan band ini ‘resmi’ berdiri. Namun, Balcony saat itu belumlah menjadi ‘Balcony’, sebab mereka masih meng-cover lagu-lagu Sick of It All. Bagi mereka, membawakan lagu orang lain di atas panggung tidak membuat sebuah band menjadi hardcore atau setidaknya jujur mewakili identitas diri sendiri.

1995-1996: Sebuah catatan penting mereka toreh dalam rentang waktu tersebut. Dengan sebuah line up baru, Balcony bermetamorfosa menjadi sebuah band yang sesungguhnya, setelah mampu mencipta dan membawakan lagu sendiri. Nilai-nilai yang ditebarkan Slayer, Sepultura, Sick of It All, Bad Religian, dan sederet band yang mendunia saat mereka menjalani masa puber, banyak memengaruhi karya awal Balcony. Namun, Balcony terus mencari sebuah identitas. Proses pencarian inilah yang kemudian jadi kromosom paling dominan yang menyusun embrio lagu berjudul Flower City. Mereka ingin kalimat itu memekik dari tenggorokan mereka (dan kita semua). Menyeruak di antara euforia HC yang pada era 95-an menjadi sesuatu yang menginfiltrasi banyak kepala anak muda,

1997: Setelah melakoni perjalanan hidup yang repetitif mulai dari aktif di scene, pencarian identitas, mencipta lagu baru, menghajar pangung demi panggung, Balcony merilis album pertama bertajuk Instant Justice pada khir September 1997. Mereka mengklaim album tersebut sebagai identitas baru. Ibarat metamorfosa seekor ulat, mereka sudah memiliki kaki, antena, sayap, dan warna. Di balik kesederhaannya, Instant Justice jadi representasi atas semua gejala yang muncul di ruang-waktu tempat mereka menghela napas. Lebih dari itu, Instant Justice juga menjadi batu pijakan bagi Balcony untuk mulai menggapai mimpi baru.

1998: Gempa politik yang menghantam negeri ini turut pula berimbas pada Balcony. Panggung terhenti. Aktivitas lain tersendat. Langit nusantara menghitam dan identitas Balcony memudar di bawahnya. Sementara di luar sana, kebencian membakar toko, amarah memperkosa hak sesama, dan arogansi bertiwikrama jadi barikade. Praktis Balcony tak bisa melakukan apa pun pada masa itu.

1999: Setelah prosesi ‘meditasi’ hampir setahun lebih, mereka akhirnya merilis album kedua berjudul Terkarbonasi. Album yang proses penggarapannya memakan waktu tiga bulan (Juni-Agustus) merepresentasikan sedikit perubahan dari sekian banyak yang ingin mereka ubah. Dari sisi musikal, lirik, atau apa pun itu. Namun, yang lebih penting, album tersebut merupakan usaha total untuk menghindari lubang stagnansi. Visi 12 lagu yang mereka suguhkan di album itu pun jauh dengan album pertama. Terkarbonasi bukan sekadar permasalahan identitas, namun bagaimana dan apa yang harus dilakukan setelah mendapatkan identitas? Apa yang akan dilakukan ketika identitas menghilang dan terkarbonasi. Apakah hardcore harus mengidentitaskan dirinya dengan satu pola bermain gitar? Dengan satu pola bermain musik? Dengan riff-riff stereotip tiga nada itu? Apakah hardcore harus identik dengan tipikal kental yang ada pada album pertama mereka? Apakah hardcore berarti mengabdi pada satu definisi identitas, mandeg dan tak bisa kemana-mana? Apakah hardcore itu? Apakah pernah kita tanyakan bagian hardcore sebelah mana kita mengidentifikasikan diri kita atau scene kita? Atau terlalu rumitkah untuk mengerti bahwa hardcore tak lebih sebagai media komunikasi bagi kita, hardcore adalah kami dan kalian, aku, dan kamu. Sampai kita semua tak mampu lagi berkomunikasi, mengidentifikasikan diri kita dengan makna apa pun.

2000: Identitas baru mereka dapatkan dari tahun yang penuh gejolak. Dari sekian panggung, penggarapan materi baru, dan juga banyak pengalaman, akan menggores sesuatu di masa datang. Kehadiran seorang anggota keluarga baru turut mewarnai langkah Balcony di masa itu. Masa di mana Balcony banyak mengalami masalah, pemblejetan otak, timbulnya idealisme-idealisme baru yang harus mereka telaah untuk sebuah masa yang akan mereka lewati setelah itu.

2001: Inilah tahun di mana mereka merasa harus lebih dewasa dalam berbagai hal. Satu karya baru telah rampung dikerjakan di mana semua individu yang mendengarkan pasti akan merasa aneh dengan konsep yang ditawarkan. Sebuah bentuk kolaborasi yang mereka kerjakan adalah sebuah bentuk pernyataan untuk tidak terjebak oleh satu stereotip musik. Satu hal yang mungkin menjadi sebuah catatan bahwa secara musik atau ide mereka tidak akan terbatasi sampai di situ. Mereka ingin terus mengepakkan sayap. Atau bahkan mati tanpa jejak.

2003: Selama hampir dua tahun tidak pernah merilis apa-apa, mereka menyusun agenda hidup kolektif busuk dalam bentuk rekaman bertajuk Komposisi Metafora Imajinar. Tujuh komposisi imajinar yang termuat dalam album tersebut merupakan dedikasi Balcony kepada semua pihak yang telah menemani, mencacimaki, dan bahkan meludahi mereka dalam kehampaan hitam pekat yang banyak orang menyebutnya kehidupan. Sangat pekat sampai-sampai mereka memerlukan kacamata hitam penawar pekat. Sangat pekat sampai-sampai penglihatan mereka sering berbeda dengan orang lain. Dan mereka berikrar, demi setan dan sekutunya, mereka tidak pernah dan tidak akan peduli! Begitu juga dengan agenda Metafora Komposisi Imajinar ini yang terdengar (lagi-lagi) lain dengan album-album mereka sebelumnya. Mereka hanya berusaha berbagi penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasaan mereka selama dua tahun terakhir lewat komposisi-komposisi imajinar ini.

Setelah tiga belas tahun bernaung dalam kolektif busuk, kepak sayap mereka akhirnya terhenti. Tapi, kupu-kupu penuh warna bernama Balcony tak mungkin punah ditelan ketidakpastian. Bahkan dengan atau tanpa reuni — sebuah agenda busuk lain yang mereka gadang dalam beberapa tahun terakhir, Balcony tetap akan dikenang sebagai band yang pertama kali meneriakkan kalimat Flower City Hardcore!

BALCONY (formasi terakhir)
Barus-vokal
Febby-drums
Jojon-gitar
Ramdan-bass

ASAL
Bandung, Indonesia

LABEL
Harder

KONTAK
Jojon +628111665477

PENGARUH
(old) Metallica, Slayer, Anthrax, Sick Of It All, D.R.I, Sacred Reich, In Flames, Carcass, Bad Religion, Testament, Voivod, Korn, Hatebreed, Megadeth, Strife, dll.

DISKOGRAFI
INSTANT JUSTICE (1997, Riotic Records)
Flower City
Brotherhood
Society In Suffering
Modern World
Speak Out
Klepto

TERKARBONASI (1999, Harder Records)
Kuya Ngora
Suara Sampah
HHATTP
Jati Diri
Hancur
Khianat

KOMPOSISI METAFORA IMAJINAR (2003, Harder Records)
Basa-Basi
Batas Tanpa Akhir
Ini Sudah Cukup
Nothingness
Sama Rata
Tak Bertuan

http://bandung-underground.com/bdhc-rules.html

This Is The New Burgerkill and This Is Venomous













“Target kita tidak untuk jadi band metal nomor satu di Indonesia, tapi kita pengen jadi band metal yang paling berbahaya di Indonesia, itulah kenapa album ini kami beri title Venomous” – Eben Burgerkill

Minggu (8/5) sore menjelang malam, Common Room yang terletak di bilangan Kyai Gede Utama nomor 8 Bandung sudah ramai dengan orang-orang yang didominasi oleh mereka yang bersetelan serba hitam. Padahal tak ada gigs hari itu. Lalu apa yang menjadi pemicu dari keramaian ini? Listening Party album Venomous dari Burgerkill adalah jawabnya. Acara yang diperuntukan untuk awak media dan Begundal-Begundal (sebutan untuk fans Burgerkill, red) ini pun dibuka dengan pemutaran footage video band asal Ujungberung yang berisi potongan adegan selama rekaman album teranyar mereka, Venomous. Dan berbagai kejahilan dari pemain gitar Eben, vokalis Viki, pemain gitar Agung, pemain bass Ramdan dan pemain drum Andris yang terekam di video tersebut mengundang tawa para pengunjung.

“This is the new Burgerkill and this is Venomous”, ujar Eben angkat bicara. Ya ini adalah album baru Burgerkill dengan rasa yang juga baru. Album Venomous adalah album studio perdana Burgerkill dengan vokalis baru mereka, Viki Mono yang menggantikan almarhum Ivan “Scumbag” yang meninggal 3 minggu menjelang album Beyond Coma And Despair rilis medio 2006 silam. Album ini menjadi pertaruhan tersendiri bagi Burgerkill mengingat rekam jejak album mereka sebelumnya mendapat respon yang begitu baik dari pemerhati metal tanah air bahkan mereka yang berada di luar negeri.

“Proses kreatif penggarapan album ini dirampungkan hampir selama 1 tahun pada 2010. Sedangkan untuk proses rekaman hingga rampungnya album ini menghabiskan waktu sekitar 3 bulan”, kata Yayat sang produser dan sound engineer Burgerkill yang sudah menangani band ini sejak album Dua Sisi (2000). Konon, darah dan air mata serta berbagai konflik yang tidak sempat terekam jelas di footage video pun mewarnai proses pengerjaan album studio ke-4 Burgerkill ini. Bahkan Andris “Abah” sang penggebuk drum sempat mengalami musibah patah tangan kiri saat proses penggarapan lagu baru saja berlangsung, parahnya ia disarankan untuk rehat bermain drum selama 1 tahun sementara album Venomous ini harus segera rampung. “Setelah 4 bulan istirahat, karena gak sabar dan juga diberi support sama anak-anak akhirnya saya coba memaksakan latihan lagi, lalu coba take lagi sampai selesai dan alhasil tangan saya makin sakit haha”, kata Abah yang mengaku sempat mengalami drop saat penggarapan album ini.

Dan tibalah saatnya acara dengar bersama beberapa preview lagu-lagu terbaru dari album Venomous. Satu per satu diperdengarkan materi dari kantung album yang akan dirilis secara nasional di tiga negara; Indonesia (Juni), Malaysia (Juli) dan Australia (Agustus). All in all, album ini menawarkan sesuatu yang brutal sekaligus teknikal baik dari komposisi musik, lirik maupun tata suara. Terdapat 3 lagu yang diperdengarkan secara full di listening party kali ini (yang sebenarnya bisa kalian dengar pula di akun MySpace dan situs resmi Burgerkill), yakni Under The Scars, House of Greed dan Only The Strong. Dari 3 track tersebut kita akan mendengar karakter berbeda pada vokal yang sebelumnya identik dengan almarhum Ivan, kini diteriakan dengan lantang dan berbeda oleh Viki. This is the new Burgerkill, bung. Secara musikalitas album ini lebih didominasi tempo yang up beat, sangar, dan rumit namun memiliki groove juga beberapa bagian anthemic untuk dinyanyikan. Saat mendengarkan lagu-lagu di listening party ini tanpa sadar kepala saya dan kepala-kepala lainnya ber-headbang dengan sendirinya, sedikit banyak menggambarkan akan seperti apa panasnya moshpit ketika album ini dimainkan secara live. Viki yang mengaku banyak mendengar referensi dari beberapa band Swedish Rock bernyanyi free style (seperti yang diungkapkan Eben yang menjadi vocal director Viki saat rekaman) yang didukung dengan range vokal yang luas dan eksplorasi liar yang dilakukan Viki dengan sangat baik. Sementara raungan duet gitar Eben dan Agung pun menjadi warna tersendiri di album ini, riff dari distorsi yang terdengar berat diwarnai oleh permainan melodi dan harmoni yang mengingatkan saya pada warna beberapa band American Heavy Metal cukup kentara di album ini. Begitu pula dengan kolaborasi rhytem section bass dan drum, pukulan bertenaga tanpa basa-basi dari sang penggebuk drum dengan diberi ornamen odd time signature yang cukup dominan hasil permainan salah satu drummer terbaik Indonesia versi majalah Rolling Stone Indonesia ini juga cukup menarik perhatian.

Di album Venomous yang dirilis oleh Revolt Records (Indonesia) dan Xenophobic Records (Australia) ini pun Burgerkill mendedikasikan beberapa lagunya untuk pihak-pihak tertentu. Ada yang didedikasikan untuk tim Persib Bandung dan Timnas Indonesia, untuk mereka yang menjadi korban bencana dan korban perang, untuk Begundal dan Hell Crew (sebutan bagi fans dan mereka yang berada di belakang Burgerkill, red), dan juga didekasikan untuk situasi krisis, turbulensi serta kekacauan sosial di negeri ini.

Idhar Resmadi, wartawan musik dan penulis buku Music Records Indie Label berpendapat bahwa album Burgerkill kali ini lebih progresif dan sarat eksplorasi. “Ini semacam trademark baru dari Burgerkill, saya pikir ini benar-benar mencerminkan format baru Burgerkill terutama pasca masuknya vokalis Viki. Dari segi musik pun mereka lebih berani bereksplorasi yang mungkin tidak ditemui di album-album sebelumnya. Mereka yang mulai dari hardcore, masuk ke metal, lalu ke metal core, sekarang yang ini lebih menegaskan warna baru yang menjadi landasan baru bagi Burgerkill kedepannya” ujar Idhar menanggapi album Venomous. Idhar kembali menambahkan komposisi musik Burgerkill pada album Venomous ini sungguh mencerminkan kualitas yang sudah menapaki kancah international. “Album Beyond Coma And Despair telah membawa Burgerkill main di Big Day Out, tour di Soundwave Australia dll, dan di album ini (Venomous, red) pun bisa membuktikan bahwa ternyata kualitas mereka memang layak berada di percaturan metal international”, tutup Idhar yang menanggapi positif album anyar Burgerkill ini.

Dan listening party itu pun semakin meriah ketika Eben Cs merayakan ulang tahun Burgerkill ke-16 di tempat yang sama. Mulanya Eben tidak menyadari akan ada perayaan tersebut karena hal tersebut memang sebuah kejutan dari Begundal malam itu. Setelah berdoa sejenak, tak ayal lagi ritual lempar kue pun terjadi di Common Room. Sebuah perayaan sederhana penanda era baru Burgerkill yang disimbolkan dengan album Venomous telah dimulai. Venomous, sesuai namanya…Berbisa dan berbahaya !!

http://formagz.com/for-headline/this-is-the-new-burgerkill-and-this-is-venomous